Untuk jaman moderen ini mungkin suatu fenomena alam seperti gerhana matahari adalah suatu hal yang biasa, namun untuk warga yang hidup 30 tahun kebelakang fenomena ini seperti bencana bagi mereka, karena pada tahun tersebut berbagai mitos datang saat gerhana matahari terjadi, salah satu mitosnya adalah cahaya matahari yang dianggap beracun.
“Menurut cerita orangtua saya, saat itu (tahun 1983) memang ada informasi dari pemerintah melalui koran maupun televisi, katanya dilarang keluar rumah pada hari itu (terjadi gerhana). Malah ada yang bilang, cahaya matahari beracun,” kata pendiri Himpunan Astronom Amatir Semarang (HAAS), Dwi Lestari.
Menurutnya, saat itu (tahun 1983) pengetahuan warga masih sangat terbatas, jadi semua kabar yang masuk akan ditelan mentah oleh warga sekitar, dan mempercayai bahwa gerhana matahari tersebut merupakan fenomena yang berbahaya. “Saat akan terjadi (gerhana), sehari sebelum terjadi gerhana, toko makanan laris untuk persediaan. Seharian mereka tidak keluar rumah sama sekali. Padahal, gerhananya hanya sekira lima menit. Informasi seperti inilah yang perlu kita sampaikan ke masyarakat,” katanya di depan puluhan mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas MIPA Unnes.
Ia lalu menambahkan, fenomena alam, seperti gerhana mataharI total selalu menarik perhatian peneliti. Tak heran, jika peneliti luar negeri berdatangan ke Indonesia untuk melakukan penelitian.