Kabar kurang sedap datang dari pendiri salah satu aplikasi sosial media paling populer Twitter yang ditinggal pendiri nya yaitu Jack Dorsey resmi mundur dari jabatan Chief Executive Officer (CEO) Twitter. kabar ini datang dari sebuah twit di akun Twitter miliknya dengan handle @jack, Dorsey bagikan sebuah e-mail yang ia tulis untuk tim Twitter.
Dalam e-mail itu Dorsey ungkapkan jika terdapat tiga alasan utama yang membuat dirinya bulat untuk mutuskan untuk hengkang dari Twitter, media sosial yang ia dirikan pada 2006. Sebelum itu, Dorsey telah ceritakan terlebih dulu jika dia udah 16 tahun berkontribusi di Twitter dengan mengemban berbagai jabatan. Mulai dari co-founder, CEO, kursi eksekutif, CEO interim, dan lainnya.
“(Setelah semua hal itu) saya memutuskan ini waktunya untuk pergi. Kenapa?,” kata Dorsey dalam e-mail yang ia tulis. Menurut Dorsey, saat ini, terdapat banyak pembicaraan mengenai pentingnya sebuah perusahaan dipimpin oleh pendirinya. Akan tetapi, pada akhirnya, Dorsey yakin jika perusahaan yang dipimpin oleh pendirinya sendiri akan sangat batasi perusahaan dan malah jadi satu titik kegagalan.
Ia lalu mengungkapkan tiga alasan yang buat dirinya mantap untuk meninggalkan media sosial yang ia dirikan 15 tahun silam itu. Tiga alasan Jack Dorsey mundur dari jabatan CEO Twitter
Pertama, Twitter akan dipimpin oleh CEO baru yang memahami perusahaan. Dorsey mengungkapkan, bangku CEO berikutnya akan diisi oleh Parag Agrawal yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Technology Officer (CTO) Twitter sejak 2017.
Ia menambahkan, Agrawal juga merupakan sosok yang berada di balik setiap keputusan penting Twitter yang membantu perusahaan berubah. Selama ini, Dorsey melihat Agrawal sebagai sosok yang ingin tahu, suka mengeksplorasi, rasional, kreatif, sadar diri, rendah hati. Agrawal juga dinilai berhasil memimpin Twitter dengan hati dan jiwanya.
“Kepercayaan saya kepadanya sebagai CEO, sangat dalam,” kata Dorsey. Alasan kedua, Dorsey menyebut bahwa Twitter akan punya ketua dewan baru yang andal, yaitu Bret Taylor.
Dorsey mendeskripsikan Taylor sebagai orang yang pas untuk mengisi posisi ketua dewan Twitter karena Taylor tahu cara berbisnis, mengambil risiko, dan perusahaan dalam skala besar. Selain itu, Taylor adalah seorang engineer yang tahu soal teknologi dan produk.
Alasan ketiga adalah karena ambisi dan potensi dari tim Twitter itu sendiri. Di bawah kepemimpinan Agrawal, Dorsey mengatakan, tim Twitter memiliki potensi untuk mengubah perusahaan ke arah yang lebih baik.
Di akhir e-mail yang ditulisnya, Dorsey mengaku sedih harus meninggalkan Twitter. Namun di sisi lain, ia merasa bahagia karena perusahaan media sosial yang didirikannya sudah sebesar dan sesukses sekarang. “Tidak banyak perusahaan yang sampai ke level ini. Lalu, tidak banyak pendiri yang lebih mementingkan perusahaan mereka di atas ego mereka sendiri,” kata Dorsey.
Setelah mundur dari jabatan CEO, Dorsey masih akan tetap berada di kursi dewan Twitter hingga masa jabatannya berakhir pada rapat pemegang saham di tahun 2021. Setelah itu, pendiri Twitter tersebut juga bakal meninggalkan kursi anggota dewan Twitter. Dorsey mengatakan, keputusan untuk juga meninggalkan kursi dewan Twitter ia pilih untuk memberikan ruang bagi Agrawal sebagai nakhoda baru perusahaan .