Internet menjadi sebuah kebutuhan yang wajib dimiliki untuk kebutuhan sehari-hari, untuk dapat mengakses internet tentunya kamu harus memiliki paket data dalam smartphone atau memakai sambungan perangkat wifi.
Biasanya, jika kita akan menggunakan layanan wifi maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan pasword wifi tersebut, namun itu tidak berlaku bagi beberapa tempat yang menawarkan wifi gratis tanpa harus memasukkan kode wifi alias auto masuk.
Namun, baru baru ini ilmuan ahli asal london melakukan riset terkait pemanfaatan WiFi di tempat umum. Dan mendapatkan hasil yang mencengangkan karena dia melaporkan jika kita menggunakan wifi gratis di tempat publik memungkinkan atau memiliki berisiko terhadap keamanan data pribadi pengguna intenet.
Dalam riset yang ia lakukan, ahli keamanan siber Inggris Colin Tankard melaporkan jika terdapat fasilitas WiFi di tempat umum yang sangat rawan pencurian data. Kejahatan siber tersebut pula dapat membobol kartu kredit tanpa disadari sedikit pun oleh korban.
Tankard memperlihatkan situasi itu secara langsung kepada wartawan Dailymail, Toby Walne. Sebagian besar target sering disasar di tempat penginapan bintang lima, stasiun, atau kafe kelas atas. Selama peragaan, Walne duduk di kursi dekat resepsionis di sebuah hotel. Dia merasa aman untuk membuka dan menyalakan laptop. Halaman depan situs web hotel tersebut muncul saat hendak menyambung ke jaringan internet melalui WiFi.
Meski ada peringatan bahwa penggunaan WiFi tidak aman, namun Walne tidak mengindahkannya. Tankard lalu mendekati Walne dan menanyakan jika soket dinding di sampingnya ada yang tidak dipakai. Tankard pun kemudian mengeluarkan sebuah benda kotak seukuran bungkus rokok yang dilengkapi dua antena.
Dia menyebutnya ‘nanas’ mengingat di atasnya ditempeli sticker buah nanas. Meski tidak memberikan ancaman setegang bom, benda tersebut memiliki kemampuan khusus untuk memata-matai korban.
Alat seharga 200 poundsterling (Rp3,4 juta) itu dapat mengimitasi sinyal Wi-Fi yang digunakan korban dalam hal ini Wi-Fi di hotel tersebut. Tanpa disadari, Tankard sukses menguntit setiap pergerakan Walne di dunia internet, mulai dari saat masuk ke dalam email, media sosial, hingga transaksi menggunakan kartu kredit.
Saat korban memasukkan nomor dan password kartu kredit, saat itu pula hacker mengetahuinya dan menyimpannya sebelum melakukan aksi kriminal,” kata Tankard. Dalam hitungan menit, Tankard juga mampu mengakses kontak yang terdapat di dalam laptop Wilne, biasanya akan dijadikan korban penipuan.
Berikutnya, Tankard mengeluarkan alat penguat sinyal seukuran bungkus korek api berwarna perak. Gadget seharga 30 poundsterling (Rp500.000) itu dapat membantu hacker untuk meretas dan menguras kartu kredit korban dari jarak relatif jauh, baik dari tempat parkir mobil ataupun di lokasi lain di dalam hotel.
Menurut Tankard, hacker sering beraksi di sekitar hotel karena selain disediakan WiFi gratis juga menjadi tempat lalu-lalang para pebisnis. “Jika hacker berniat menggali sedikit lebih dalam, mereka juga dapat membobol sistem internal hotel, mulai dari reservasi, kunci ruangan, hingga nomor kartu kredit tamu,” katanya.